Disuatu hari, saat Bilal tengah dijemput oleh ayahnya dari Sekolah Madrasah. Bilal bercakap dengan santai.
“Abi, besok aku diminta ibu guru untuk mengikuti lomba azan” kata Bilal
“Alhamdulillah, Abi senang mendengarnya, semoga Bilal mendapat hasil terbaik ya” kata Abi.
“Aamiin” jawab Bilal.
” Bilal, dulu itu ceritanya begini, kenapa Abi dan Ummi menamai kamu Bilal, agar kelak kamu menjadi seseorang yang saleh, pemberani dan memiliki suara emas seperti sahabat Rosul, Bilal” kata Abi. Abi pun melanjutkan cerita sambil menyetir.
Di masa Rasulullah SAW. Bilal adalah seorang budak yang memeluk islam. Padahal seorang budak tidak memiliki kebebasan dan harus melaksanakan semua perintah majikannya. Termasuk untuk meninggalkan agama Islam dan menyembah berhala.
Tetapi si Bilal tidak mau, Bilal sangat berani, dia yakin Islam agama yang benar. Sampai – sampai dia dihukum oleh majikannya diikat di atas padang pasir.
Sampai suatu ketika, datanglah Abu Bakar membebaskan si Bilal dari majikannya. Ia mengganti Bilal dengan beberapa keping emas.
Lalu tentang suara emasnya bagaimana ya? begini ceritanya….
Setelah hijarah ke Madinah, Rasulullah SAW membangun sebuah masjid. Lalu orang-orang berdiskusi bagaimana cara memanggil para umat muslim untuk shalat. Ada yang memberi ide menggunakan lonceng, tapi hal tersebut seperti kebiasaan orang Nasrani. Ada juga yang mengusulkan terompet tapi itu mirip kebiasaan orang Yahudi. Dan akhirnya Rasulullah SAW meminta Bilal mengumandangkan azan untuk pertama kalinya.
“BIlal memiliki suara yang sangat indah” kata Abi.
Mulai dari itu, setiap waktu shalat Bilal akan azan di dekat pintu rumah Rasul yang bersebelahan dengan masjid. Setelah itu, Rasul akan keluar dari rumah, saat melihat Rasul keluar, Bilal segera melantunkan iqamat.
Suatu ketika saat kota Mekah dikuasai oleh Islam, Rasulullah meminta Bilal mengumandankan azan di atas Kabah. Semua orang takjub dengan suara Bilal dan mereka mengikutinya dengan khusyuk.
Ketika Rasulullah SAW wafat. Bilal tidak kuasa lagi untuk melakukan azan karena selalu teringat Rasulullah SAW dan meneteskan air mata. Begitulah kecintaan Bilal pada Allah, Rasul dan Islam.
“Begitulah Bilal, semoga cerita Abi ini bisa memotivasi kamu ya” kata Abi. “Baik Abi, Bilal akan berusaha menjadi apa yang seperti Bilal di zaman Nabi dulu, bisa mengumandangkan azan dan mengajak orang-orang untuk shalat” jawab Bilal.
Teman – teman jangan lewatkan buku ini ya kalau diperpustakaan B.J Habibie MIMKA tercinta.. wajib baca!
Bagus ceritanya, sama kayak bukunya Almira🤗
Terima kasih Ibu, sudah singgah di website MIM Kauman, salam literasi, semoga bermanfaat resensinya.